DIAM

 Dari sekian banyak keluh kesah dia bertindak seolah aku tidak pernah mengerti keadaannya. Aku hanya tertegun untuk bertanya:

    "Sayang, apa aku meninggalkanmu disaat terpuruk?"
    "Sayang, apa aku pergi setelah mengetahui segala kekuranganmu?"

Bahkan saat hal-hal kecil dan kebohonganmu yang menyakitkan, aku masih ada disampingmu. Lalu pendamping seperti apalagi yang kamu inginkan?

Apa kamu peduli saat aku sendiri?
Apa kamu peduli saat aku kesepian?
Apa kamu peduli saat aku menangis?
Apa kamu peduli saat aku membutuhkanmu?

Sampai saat ini yang tidak kamu sadari adalah aku terus berlari ke arahmu, tapi kenyataannya kamu selalu menjauh. Kakiku lelah, badanku sakit, hatiku selalu berteriak memohon untuk kamu selalu dekat.

Sepertinya kamu memang menungguku untuk pergi atas kemauanku sendiri, menungguku untuk mengucapkan kata perpisahan, menungguku untuk lelah sendirian, meungguku untuk akhirnya tidak menggangumu lagi. Maaf aku terlalu lama menahanmu.

Mungkin bagimu menghapus, menghilang, dan tidak memberi rasa peduli adalah bentuk mengusirku perlahan sekaligus membunuhku.

Maaf aku terlalu memaksa, aku terlalu jauh untuk kembali, aku terlalu takut untuk berhenti, karena untuk sampai di tempatku saat ini bukan perjalanan yang mudah.

Saat ini aku lelah, aku ingin istirahat, aku ingin berhenti.
Maka berbahagialah dengan segala cara dan jangan buat aku menyesal meninggalkanmu.

Maaf, aku menyerah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIUH YANG BERISIK

PULANG

USANG